Senin, 15 November 2010

Kapak Batu Tertua di Dunia Berusia 35.500 Tahun

Share





Kapak Batu Tertua di Dunia, telah ditemukan! Kapak batu jenis grounde edge yang ditemukan di Australia ini berusia 35.500 tahun. Sekelompok arkeolog menemukan sebuah kapak batu yang berusia sekitar 35.500 tahun di Amhem Land, sebuah wilayah seluas 97.000 kilometer yang terletak di bagian utara Darwin, Australia dan merupakan tanah suci suku Aborigin.

Kapak yang ditemukan merupakan jenis kapak ground edge, yaitu jenis kapak yang bagian pinggirnya diasah sehingga lebih tajam. Kapak tersebut diklaim merupakan jenis kapak ground edge yang tertua, mengalahkan kapak serupa berusia antara 20.000-30.000 tahun yang ditemukan di Jepang dan bagian Australia lain sebelumnya.

Bruno David, ilmuwan Monash University yang menemukan kapak tersebut menjelaskan bukti-bukti bahwa kapak tersebut merupakan ground edge. "Kita bisa melihat tanda pada bagian tepi kapak. Orang yang menggunakan kapak itu mengasahnya dengan batu sehingga permukaannya lebih halus," jelas David seperti dilansir situs Discovery hari Jumat (5/11/10) lalu.

David mengungkapkan, temuan ini bisa menggoyahkan pandangan bahwa kapak berasal dari Eropa. "Arti penemuan ini adalah kita bisa mengetahui bahwa pandangan konvensional yang menyatakan kapak berasal dari eropa tidak berlaku secara global. Kita harus berpikir dengan cara yang berbeda," paparnya.

Selain itu, penelitian ini juga bisa menjadi bukti bahwa kaum Aborigin Jawoyn yang mendiami wilayah tersebut telah mengembangkan teknologi yang menunjang hidupnya. "Pengasahan batu menunjukkan adanya teknologi yang meningkatkan efisiensi. Penemuan teknologi ini setara dengan penemuan busur dan panah," ucap David.

Anggota suku Aborigin yang mengundang para arkeolog ke tanah sucinya mengatakan bahwa penelitian itu bisa membuka hubungan yang sangat bermakna dengan para leluhur. "Saya ingin mengetahui kebenaran (tentang kapak batu). sekarang saya sudah mengetahuinya. saya merasa senang," ungkap Margaret Katherine, pemilik tanah di Amhem Land.

source: http://sains.kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar