Banyak sekali mitos yang beredar tentang kolesterol. Padahal kurangnya pemahaman yang benar dapat menyebabkan informasi yang salah seputar kolesterol dan gejalanya. Apa saja mitos dan faktanya?
"Banyak sekali mitos yang beredar tentang kolesterol. Harus ada pembetulan untuk itu, biar orang juga tahu mana yang benar," ujar Dr H. Sutarto Prodjo Disastro, Sp.S., spesialis penyakit saraf serta Ketua Bidang Humas dan Penyuluhan Yayasan Stroke Indonesia, dalam acara konferensi media 'Kontrol Hidup Kontrol Kolesterol' di Plaza FX, Jakarta, Kamis (19/8/2010).
Oleh karena itu, penting untuk dapat meluruskan mitos-mitos yang telah lama beredar di masyarakat, agar gejala kolesterol dapat dihindari dengan lebih cermat dan tepat dalam menyikapinya.
Berikut beberapa mitos dan fakta seputar kolesterol:
1. Mitos: Pada orang berkadar kolesterol tinggi, jika berolahraga, diet dan dalam keadaan fit, berarti kolesterol pasti baik.
Fakta: Selain olahraga dan diet, ada hal lain yang mempengaruhi kolesterol, seperti berat badan, merokok, riwayat keluarga, umur dan jenis kelamin. Agar kolesterol tetap terkontrol dibutuhkan pola hidup sehat (diet dan olahraga), berhenti merokok dan juga kepatuhan minum obat (bagi yang menderita kolesterol tinggi).
2. Mitos: Kadar kolesterol yang tinggi dan penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah) hanya masalah pria.
Fakta: Tidak benar. Walaupun di masa sebelum menopause wanita memproduksi estrogen yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung, namun perlu dilihat juga faktor lain seperti hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi), hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, faktor keturunan dan lainnya.
3. Mitos: Cukup dengan menghindari daging, santan, jeroan dan keju dalam makanan, maka kadar kolesterol pasti normal.
Fakta: Belum tentu, karena 80 persen dari kolesterol darah dihasilkan dari dalam tubuh sendiri (endogen). Bila metabolisme tubuh sudah memburuk, maka dibutuhkan obat untuk mengendalikan kadar kolesterol secara terus menerus (jangka panjang). Selain itu, dibutuhkan pula modifikasi gaya hidup melalui diet dan olahraga.
4. Mitos: Kadar kolesterol yang tinggi hanya pada orang tua saja, yang proses metabolismenya sudah menurun.
Fakta: Kolesterol tinggi tidak hanya diderita oleh orang tua saja, bahkan usia anak-anak atau remaja pun bisa menderita hiperkolesterolemia. Pembentukkan kerak atau plak (timbunan lemak) pada dinding pembuluh darah pernah dijumpai pada usia anak-anak dan kejadiannya meningkat seiring dengan pertambahan usia.
5. Mitos: Kadar kolesterol tinggi tidak berbahaya karena tidak menimbulkan gejala.
Fakta: Meski tidak bergejala, kolesterol tinggi berbahaya karena dapat mengubah dinding pembuluh darah dan memicu penyakit jantung koroner. Sekitar 40 persen kematian mendadak akibat serangan jantung disebabkan karena tingginya kadar kolesterol.
6. Mitos: Orang gemuk memiliki kadar kolesterol lebih tinggi ketimbang orang kurus.
Fakta: Belum tentu, karena kadar kolesterol dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk apa yang dimakan, seberapa cepat tubuh memperoduksi dan membuang kolesterol yang jahat (LDL atau Low Density Lipoprotein), tingkat kesehatan dan kebiasaan makan.
7. Mitos: Tidak perlu risau jika dokter tidak komentar tentang kadar kolesterol Anda.
Fakta: Karena tidak menimbulkan gejala, pemeriksaan kolesterol sering tidak dilakukan. Kesehatan Anda adalah tanggung jawan Anda sendiri. Pastikan Anda secara rutin memeriksa kadar kolesterol, termasuk kolesterol LDL (jahat), kolesterol HDL (baik) dan trigliserida. Untuk mengontrol kadar kolesterol dalam darah, sebaiknya pemeriksaan di laboratorium secara berkala minimal setiap 6 bulan sekali.
8. Mitos: Tidak perlu konsumsi obat anti kolesterol lagi setelah kadar kolesterol normal.
Fakta: Belum tentu, karena 80 persen kolesterol darah dihasilkan oleh tubuh sendiri. Sehingga, jika metabolisme tubuh seseorang sudah memburuk, dibutuhkan penggunaan obat jangka panjang (terus menerus) selain modifikasi pola hidup dengan diet dan olahraga.
0 komentar:
Posting Komentar